Jumat, 20 November 2009

TOLERANSI ANTAR AGAMA-AGAMA
Dalam prespektif Islam

A. Toleransi Dalam Memahami Pluralisme

Belakangan ini berkembang pembicaraan tentang multi kulturalisme. Biasanya untuk menyebut gerakan-gerakan yang mengatakan isu kemajemukan dan pengakuan hak-hak komunitas untuk berbeda dan hidup dalam keragaman. Namun yang mendukung sebutan multikulturalisme, menyatakan bahwa ada sesuatu yang baru yang belum diangkat dalam isu pluralisme, seperti isu hak-hak budaya dan hak-hak komonitas atas identitas cultural. Seperti persilangan identitas agama dan etnik. , namun apabila kita tidak memehami apa yang disebut dengan pluralisme maka kita akan terus mengklaim bahwa keragaman itu adalah salah satu yang harus dimusnahkan dalam kehidupan manusia, untuk itu kita sebagai generasi penerus bangsa harus mempertahankan keragaman budaya yang ada dinegara kita khususnya, maka dari itu diperlukan apa yang desebut dengan toleransi social, toleransi antar agama, dan itu harus kita miliki sebagai kaum muslimin, yang memilikki pemahaman tentang adanya konsep dalam Al-Quran yaitu (rahmatallil alamin) rahmat bagi seluruh alam, bagia mana konsep yang telah ada itu bisa terjalin sementara kita masih mempertahankan nilai nilai lama yang masih mengklaim bahwa keyakinannyalah yang paling benar.
Sebernya pehaman seperti itu tidak perlu menjadi dasar untuk tidak menerima adanya keragaman. Karena persoalan kerukunan adalah persoalan umat beragama yang bisa membangun sendri suasana kebersamaan dalam perbaedaan /(pluralisme), . Toleransi antar agam itu harus dibangun demi tercapainya masyarakat yang saling menghormati dan menghargai antar umat beragama,umat sudah memiliki mikanismenya sediri dalam membagun dan menciptakan suasana kerukunan karena perbadaan agama itu, dan kita sebagai umat islam harus menjaga apa yang telah menjadi kesepakatan mereka agar tidak terjadi konflik, sebagai bentuk dari toleransi. Dan dalam islam pun pluralisme / keragaman itu jelas diterangkan dalam Al-Quran surt al-Hujurat: 13.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ..............
Artinya:
“ hai manusia sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu bangsa-bangsa supaya kamu saling mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu adalah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal.” (Qs surat al- Hujurat: 13).
Maka dari itu kita haus menerapkan apa yang disebut dengan Ukuwah Basyriyah (persaudaraan kemanusiaan), dan Ukuwah Islamiyah (Pesaudaraan ke islamam). Nah kenapa konflik itu terjadi itu karena kurangnya pehaman kita terhadap ajaran agama kita sendiri, maka dari konsep tadi kita harus memiliki toleransi terhadap perbadaan yang ada sebagai bentuk untuk menumbuhkan kebersamaan kita dan persaudaran kita. Toleransi itu sangat di perlukan sebagai blue print, sebagai pedoman bahwa Tuhan menciptakan manusia kebumi ini diharapkan dapat menciptakan baying-bayang surga diatas permukaan bumi ini. Kalau manusia selalu berbeda pendapat itu yang di inginkan Tuhan adalah perbedan yang berkonotasi positif.
Tolerasi – pluralis yang ditampakkan Nabi dan generasi awal muslim itu merupkan salah satu karakeristik penyebaran islam diberbagai kawasan dunia, . Menyatunya pluralisme dalam ajaran islam bukan berarti tidak ada gerakan atau aliran yang mengedapankan ekskusivisme negative dalam sejarah umat islam.

B. Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-Muslim)
Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihakl ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan hanya sekedar pada tataran logika dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bias dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi saw. langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?” Nabi saw. Menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita, .
Meskipun hal ini juga telah dinyatakan, tapi masih perluh ditambahkan bahwa selalu ada kecurigaan dan pasangka yang mendalam antara masyrakt kristen dan muslim. Karena kita memiliki sejarah bersama yang sangat sulit kita lupakan, yang menjadi bagian kolektif kita, ingat tentang perang salib yang banyak menelan korban jiwa baik dikalangan orang kriten maupun dikalanghan orang islam itu sendiri. Maka kaum muslimin di Indonesia curiga tentang niat orang kristen karena orang kristen datang melalui penjajahan. Tapi kecurigaan itu bisa hilang apa bila kita memiliki sikap toleransi terhadap mereka tapi kita harus selalu waspada, .
Manusia sebagai mahluk sosial (civil society) tdak akan terlepas dengan apa yang dinamakan interaksi sosial, dan interaksi itu tidak akan terjdi hanya pada masyarakat tertentu saja melainkan pada semua elemen masyarakat baik itu islam, kristen, hindu, buda dll. Disinilah diperlukan adnya tileransi agar interaksi tyersebut tidak menjadi kaku dan terjadi diskonikasi, dan interaksi itu sendiri merupakan merupakan gejala aplikasi hukum islam. Interaksi timbal balik dalam konsep islam, mengacu pada sember ajaran Al-Quran, yakni perinta bersilatur rahmi, bertaaruf, saling menolong (ta’wun), berlaku adil, berpinsip pada kemerdekaan (al-hurriyah), tanggung jawab bersama, (takaful al-ijtima’), kemanusiaan (insaniyah), toleransi (tasumuh), persaudaraan (ikhwaniyah), perdamaian (al-ishlah), dan tentu konsep pertama adalah prinsip ke tahuidan, . Jadi untuk melakukan interaksi sosial harus bisa memiliki toleransi sosial yang tinggi, tapa itu semua maka interaksi sosial tidak akan terjadi malah yang akan teradi kemungkinan besar adalah konflik seperti yang terjadi di poso beberapa tahun silam.

Minggu, 15 November 2009

TOLERANSI BERAGAMA DALAM PERSPEKTIF AL-QUR’AN
oleh Mahfud

A. PENDAHULUAN
Belakangan ini, agama adalah sebuahnama yang terkesan membuat gentar, menakutkan, dan mencemaskan. Agama di tangan para pemeluknya sering tampil dengan wajah kekerasan. Dalam beberapa tahun terakhr banyak muncul konflik, intoleransi, dan kekerasan atas nama agama. Pandangan dunia keagamaan yang cenderung anakronostik memang sangat berpotensi untuk memecah belah dan saling klaim kebenaran sehingga menimbulkan berbagai macam konflik. Fenomena yang juga terjadi saat ini adalah muncul dan berkembangnya tingkat kekerasan yang membawa-bawa ama agama (mengatasnamakan agama) sehingga realitas kehidupan beragama yang muncul adalah saling curiga mencurigai, saling tidak percaya, dan hidup dalam ketidak harmonisan.
Toleransi yang merupakan bagian dari visi teologi atau akidah Islam dan masuk dalam kerangka system teologi Islam sejatinya harus dikaji secara mendalam dan diaplikasikan dalam kehidupan beragama karena ia adalah suatu keniscayaan social bagi seluruh umat beragama dan merupakan jalan bagi terciptanya kerukunan antar umat beragama.
B. Pembahasan
B.1. Pengertian
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran” (Inggris: tolerance; Arab: tasamuh) yang berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Secara etimologi, toleransi adalah kesabaran, ketahanan emosional, dan kelapangan dada.[1] Sedangkan menurut istilah (terminology), toleransi yaitu bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan, membolehkan) pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dsb) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya.[2]
Jadi, toleransi beragama adalah ialah sikap sabar dan menahan diri untuk tidak mengganggu dan tidak melecehkan agama atau system keyakinan dan ibadah penganut agama-agama lain.
B.2. Penggunaan Kata “Toleransi dalam Al-Qur’an
Al-Qur’an tidak pernah menyebut-nyebut kata tasamuh/toleransi secara tersurat hingga kita tidak akan pernah menemukan kata tersebut termaktub di dalamnya. Namun, secara eksplisit al-Qur’an menjelaskan konsep toleransi dengan segala batasan-batasannya secara jelas dan gambling. Oleh karena itu, ayat-ayat yang menjelaskan tentang konsep toleransi dapat dijadikan rujukan dalam implementasi toleransi dalam kehidupan.
C. KAJIAN TEORITIS
C.1. Konsep Toleransi dalam Islam
Dari kajian bahasa di atas, toleransi mengarah kepada sikap terbuka dan mau mengakui adanya berbagai macam perbedaan, baik dari sisi suku bangsa, warna kulit, bahasa, adapt-istiadat, budaya, bahasa, serta agama. Ini semua merupakan fitrah dan sunnatullah yang sudah menjadi ketetapan Tuhan. Landasan dasar pemikiran ini adalah firman Allah dalam QS. Al-Hujurat ayat 13:

Seluruh manusia tidak akan bisa menolak sunnatullah ini. Dengan demikian, bagi manusia, sudah selayaknya untuk mengikuti petunjuk Tuhan dalam menghadapi perbedaan-perbedaan itu. Toleransi antar umat beragama yang berbeda termasuk ke dalam salah satu risalah penting yang ada dalam system teologi Islam. Karena Tuhan senantiasa mengingatkan kita akan keragaman manusia, baik dilihat dari sisi agama, suku, warna kulit, adapt-istiadat, dsb.
Toleransi dalam beragama bukan berarti kita hari ini boleh bebas menganut agama tertentu dan esok hari kita menganut agama yang lain atau dengan bebasnya mengikuti ibadah dan ritualitas semua agama tanpa adanya peraturan yang mengikat. Akan tetapi, toleransi beragama harus dipahami sebagai bentuk pengakuan kita akan adanya agama-agama lain selain agama kita dengan segala bentuk system, dan tata cara peribadatannya dan memberikan kebebasan untuk menjalankan keyakinan agama masing-masing.
Konsep toleransi yang ditawarkan Islam sangatlah rasional dan praktis serta tidak berbelit-belit. Namun, dalam hubungannya dengan keyakinan (akidah) dan ibadah, umat Islamtidak mengenal kata kompromi. Ini berarti keyakinan umat Islam kepada Allah tidak sama dengan keyakinan para penganut agama lain terhadap tuhan-tuhan mereka. Demikian juga dengan tata cara ibadahnya. Bahkan Islam melarang penganutnya mencela tuhan-tuhan dalam agama manapun. Maka kata tasamuh atau toleransi dalam Islam bukanlah “barang baru”, tetapi sudah diaplikasikan dalam kehidupan sejak agama Islam itu lahir.
Karena itu, agama Islam menurut hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari, Rasulullah saw. pernah ditanya tentang agama yang paling dicintai oleh Allah, maka beliau menjawab: al-Hanafiyyah as-Samhah (agama yang lurus yang penuh toleransi), itulah agama Islam.[3]
C.2. Hubungan Antara Toleransi dengan Ukhuwah (persaudaraan) Sesama Muslim
Allah berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10:
Dalam ayat di atas, Allah menyatakan bahwa orang-orang mu’min bersaudara, dan memerintahkan untuk melakukan ishlah (perbaikan hubungan) jika seandainya terjadi kesalahpahaman diantara 2 orang atau kelompok kaum muslim. Al-Qur’an memberikan contoh-contoh penyebab keretakan hubungan sekaligus melarang setiap muslim melakukannya.
Ayat di atas juga memerintahka orang mu’min untuk menghindari prasangka buruk, tidak mencari-cari kesalahan orang lain, serta menggunjing, yang diibaratkan al-Qur’an seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal dunia.



(QS.Al-Hujurat:12)
Untuk mengembangkan sikap toleransi secara umum, dapat kita mulai terlebih dahulu dengan bagaimana kemampuan kita mengelola dan mensikapi perbedaan (pendapat) yang (mungkin) terjadi pada keluarga kita atau pada keluarga/saudara kita sesama muslim. Sikap toleransi dimulai dengan cara membangun kebersamaan atau keharmonisan dan menyadari adanya perbedaan. Dan menyadari pula bahwa kita semua adalah bersaudara. Maka akan timbul rasa kasih saying, saling pengertian dan pada akhirnya akan bermuara pada sikap toleran. Dalam konteks pendapat dan pengamalan agama, al-Qur’an secara tegas memerintahkan orang-orang mu’min untuk kembali kepada Allah (al-Qur’an) dan Rasul (sunnah).[4] Tetapi seandainya etrjadi perbedaan pemahaman al-Qur’an dan sunnah itu, baik mengakibatkan perbedaan pengamalan ataupun tidak, maka petunjuk al-Qur’an adalah:
C.3. Hubungan antara Toleransi dengan Mu’amalah antar Umat Beragama (Non-Muslim)
Dalam kaitannya dengan toleransi antar umat beragama, toleransi hendaknya dapat dimaknai sebagai suatu sikap untuk dapat hidup bersama masyarakat penganut agama lain, dengan memiliki kebebasan untuk menjalankan prinsip-prinsip keagamaan (ibadah) masing-masing, tanpa adanya paksaan dan tekanan, baik untuk beribadah maupun tidak beribadah, dari satu pihakl ke pihak lain. Hal demikian dalam tingkat praktek-praktek social dapat dimulai dari sikap bertetangga, karena toleransi yang paling hakiki adalah sikap kebersamaan antara penganut keagamaan dalam praktek social, kehidupan bertetangga dan bermasyarakat, serta bukan hanya sekedar pada tataran logika dan wacana.
Sikap toleransi antar umat beragama bias dimulai dari hidup bertetangga baik dengan tetangga yang seiman dengan kita atau tidak. Sikap toleransi itu direfleksikan dengan cara saling menghormati, saling memuliakan dan saling tolong-menolong. Hal ini telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw. ketika suatu saat beliau dan para sahabat sedang berkumpul, lewatlah rombongan orang Yahudi yang mengantar jenazah. Nabi saw. langsung berdiri memberikan penghormatan. Seorang sahabat berkata: “Bukankah mereka orang Yahudi wahai rasul?” Nabi saw. menjawab “Ya, tapi mereka manusia juga”. Jadi sudah jelas, bahwa sisi akidah atau teologi bukanlah urusan manusia, melainkan Tuhan SWT dan tidak ada kompromi serta sikap toleran di dalamnya. Sedangkan kita bermu’amalah dari sisi kemanusiaan kita.
Mengenai system keyakinan dan agama yang berbeda-beda, al-Qur’an menjelaskan pada ayat terakhir surat al-kafirun
Bahwa perinsip menganut agama tunggal merupakan suatu keniscayaan. Tidak mungkin manusia menganut beberapa agama dalam waktu yang sama; atau mengamalkan ajaran dari berbagai agama secara simultan. Oleh sebab itu, al-Qur’an menegaskan bahwa umat islam tetap berpegang teguh pada system ke-Esaan Allah secara mutlak; sedabgkan orang kafir pada ajaran ketuhanan yang ditetapkannya sendiri. Dalam ayat lain Allah juga menjelaskan tentang prinsip dimana setiap pemeluk agama mempunyai system dan ajaran masing-masing sehingga tidak perlu saling hujat menghujat.
Pada taraf ini konsepsi tidak menyinggung agama kita dan agama selain kita, juga sebaliknya. Dalam masa kehidupan dunia, dan untuk urusan dunia, semua haruslah kerjasama untuk mencapai keadilan, persamaan dan kesejahteraan manusia. Sedangkan untuk urusan akhirat, urusan petunjuk dan hidayah adalah hak mutlak Tuhan SWT. Maka dengan sendirinya kita tidak sah memaksa kehendak kita kepada orang lain untuk menganut agama kita.
Al-Qur’an juga menganjurkan agar mencari titik temu dan titik singgung antar pemeluk agama. Al-Qur’an menganjurkan agar dalam interaksi social, bila tidak dotemukan persamaan, hendaknya masing-masing mengakui keberadaan pihak lain dan tidak perlu saling menyalahkan:
Bahkan al-Qur’an mengajarkan kepada Nabi Muhammad saw. dan ummatnya untuk menyampaikan kepada penganut agama lain setelah kalimat sawa’ (titik temu) tidak dicapai (QS. Saba:24-26):
Jalinan persaudaraan dan toleransi antara umat beragama sama sekali tidak dilarang oleh Islam, selama masih dalam tataran kemanusiaan dan kedua belah pihak saling menghormati hak-haknya masing-masing (QS. Al-Mumtahanah: 8):
Al-Qur’an juga berpesan dalam QS 16: 125 agar masing-masing agama mendakwahkan agamanya dengan cara-cara yang bijak.
Menulis ulang tafsir Ibnu Kathir utk al Hujurat:12. Ayat yang semoga bisa mencegah sy utk berprasangka buruk ataupun berbicara buruk ttg seseorang, aamiin..

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima Tobat lagi Maha Penyayang."

diketik dari rangkuman Tafsir Ibnu Katsir (buku 4 halaman 431 ...):

Allah SWT melarang hamba-hamba-Nya yang beriman banyak berprasangka, yaitu melakukan tuduhan dan sangkaan buruk terhadap keluarga, kerabat, dan orang lain tidak pada tempatnya, sebab sebagian dari prasangka itu adalah murni perbuatan dosa. Maka jauhilah banyak berprasangka itu
sebagai suatu kewaspadaan. Diriwayatkan kepada kami dari Amirul Mukminin Umar bin Khaththab bahwa beliau mengatakan, "Berprasangka baiklah terhadap tuturan yang keluar dari mulut saudaramu yang beriman, sedang kamu sendiri mendapati adanya kemungkinan tuturan itu
mengandung kebaikan."

Imam Malik meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"Jauhilah berprasangka, karena prasangka itu adalah perkataan yang paling dusta. Janganlah kamu meneliti rahasia orang lain, mencuri dengar, bersaing yang tidak baik, saling mendengki, saling membenci, dan saling membelakangi. Jadilah kalian ini sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara."

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Bukhari dan Muslim serta Abu Dawud dari al-Atbi dari Malik. Dan, dalam hadits Anas bin Malik dikatakan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
"...Seorang muslim tidak boleh memboikot (memusuhi) saudaranya lebih dari tiga hari."
Diriwayatkan oleh Muslim dan Tirmidzi, lalu beliau menyahihkannya dari hadits Sufyan bin Uyainah.

Firman Allah SWT, "Dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain." Yakni, satu sama lain saling mencari-cari kesalahan masing-masing.

Firman Allah SWT selanjutnya, "Dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain." Ayat ini mengandung larangan berbuat ghibah. Dan telah ditafsirkan pula pengertiannya oleh Rasulullah saw., sebagaimana yang terdapat di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah r.a. berkata,
"Wahai Rasulullah! Apakah yang dimaksud dengan ghibah itu?" Rasulullah menjawab," Kamu menceritakan perihal saudaramu yang tidak disukainya."
Ditanyakan lagi, "Bagaimanakah bila keadaan saudaraku itu sesuai dengan yang aku katakan?" Rasulullah saw menjawab, "Bila keadaan saudaramu itu sesuai dengan yang kamu katakan, maka itulah ghibah terhadapnya. Bila tidak terdapat apa yang kamu katakan, maka kamu telah berbohong."

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Tirmidzi yang mengatakan, "Hadits ini hasan dan shahih." Dan diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir.

Ghibah adalah haram berdasarkan ijma'. Tidak ada pengecualian mengenai perbuatan ini kecuali bila terdapat kemaslahatan yang lebih kuat, seperti penetapan kecacatan oleh perawi hadits, penilaian keadilan, dan pemberian nasihat. Demikian pula ghibah yang sejenis dengan ketiga hal ini. Sedangkan selain itu, tetap berada di dalam pengHARAMan yang sangat KERAS dan LARANGAN yang sangat KUAT.

Itulah sebabnya Allah SWT menyerupakan perbuatan ghibah dengan memakan daging manusia yang sudah menjadi bangkai. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah SWT, "Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?" Yaitu, sebagaimana kamu membenci hal ini secara naluriah, maka kamu pun harus membencinya berlandaskan syariat, karena hukumannya akan lebih hebat dari sekadar memakan bangkai manusia. Dan jalan pikiran ini merupakan cara untuk menjauhkan diri dari padanya dan bersikap HATI-HATI terhadapnya.

Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah saw. bersabda
"Setiap harta, kehormatan, dan darah seorang muslim adalah haram atas muslim lainnya. Cukup buruklah seseorang yang merendahkan saudaranya sesama muslim."

Turut pula diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi. Diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dari Abu Burdah al-Balawi bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Hai orang-orang yang beriman dengan lidahnya dan keimanan itu belum masuk ke dalam hatinya, janganlah kalian menggunjing orang-orang muslim dan janganlah kalian mengikuti aib mereka. Karena, siapa saja yang diikuti aib mereka maka Allah SWT akan mencari-cari aibnya. Dan, barangsiapa yang dicari-cari aibnya oleh Allah, maka Allah akan mempermalukan dia di rumah-Nya."

Diriwayatkan pula oleh Imam Abu Dawud dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah bersabda,

"Ketika aku diangkat ke langit, aku melewati suatu kaum yang berkuku tembaga yang mencakar wajah dan dada mereka." Aku bertanya, "Siapakah mereka itu, hai Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka itulah orang yang selalu memakan daging-daging orang lain dan tenggelam dalam menodai kehormatan mereka."

Hadits ini diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad.

Telah diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim bahwa Sa'id al-Khudri berkata (219), "Kami bertanya, 'Ya Rasulullah, ceritakanlah kepada kami apa saja yang telah engkau lihat pada malam engkau diperjalankah Allah.'
Rasulullah saw. menjawab, '... Kemudian Jibril membawaku pergi menuju sekelompok makhluk Allah yang sangat BANYAK, terdiri atas laki-laki dan wanita. Ada sejumlah orang yang menunggui mereka dan bersandar pada lambung salah seorang di antara mereka. Kemudian orang itu memotong lambung mereka sekerat sebesar sandal, lalu meletakkannya di
mulut salah seorang di antara mereka. Kemudian dikatakan kepadanya, 'Makanlah sebagaimana dulu kamu telah memakannya.' Dan dia mengetahui daging yang harus dimakannya itu berupa bangkai.
Hai Muhammad, kalau dia mengetahuinya sebagai bangkai, tentu dia sendiri sangat membencinya. Kemudian aku bertanya, 'Hai Jibril, siapakah mereka itu?' Jibril menjawab, 'Orang-orang yang mencela dengan perbuatan dan ucapan. Mereka adalah orang-orang yang suka mengadu domba.' Kemudian dikatakanlah, 'Apakah salah seorang di antara
kalian suka memakan daging saudaranya yang sudah menjadi bangkai, tentu kalian akan membencinya.' Sedangkan, dia dipaksa untuk memakan dagingnya itu."

Demikian yang dituturkan perawi dalam hadits ini. Dan kami telah menampilkannya, bahkan mencantumkannya secara keseluruhan di awal surat al-Isra'. Puji dan syukur bagi Allah semata.

Al-Hafizh Abu Ya'la meriwayatkan dalam kisahnya yang menceritakan perajaman Ma'iz r.a., sampai dia mengatakan (218), "... Nabi saw. mendengar dua orang; yang satu berkata kepada yang lainnya, 'Tidakkah kamu melihat, sesungguhnya seseorang yang aibnya telah ditutupi oleh Allah ini, akan tetapi dia tidak membiarkannya tertutup sehingga dia dirajam seperti anjing?' Kemudian Nabi melanjutkan perjalanan sehingga
tatkala melewati bangkai keledai, beliau mengatakan, 'Di manakah si fulan dan si fulan itu. Turunlah dan makanlah bangkai keledai ini.'
Mereka berdua mengatakan, 'Semoga Allah mengampuni engkau, ya Rasulullah. Mana mungkin hewan ini dimakan?' Rasulullah saw., 'Kalau begitu, apa yang telah kalian peroleh dari saudaramu yang dipercakapkan tadi adalah lebih buruk untuk dimakan daripada bangkai ini. Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, sesungguhnya saudaramu itu sekarang berada di sungai-sungai surga. Dia berenang di sana."

Sanad hadits ini shahih.

Diriwayatkan pula oleh Imam Ahmad dari Jabir bin Abdillah r.a.,
"Ketika kami sedang bersama Nabi tiba-tiba semerbaklah bau bangkai yang tengik. Kemudian Rasulullah saw. bertanya, 'Tahukah kamu, bau apakah ini? Inilah bau orang-orang yang menggunjing orang lain.'"

Firman Allah SWT, "Dan bertakwalah kepada Allah." Yaitu, pada perkara yang telah Dia perintahkan dan Dia larang kepada kamu. Dan jadikanlah Dia sebagai pengawas kamu


Daftar pustaka
Sulaiman al- Umar Nasyir,. tafsir surat AL-Hujurat. jakarta timur: pustaka alutsar, 2001
SOSIOLOGI MODEREN

Tokoh-tokohnya
a. John dewey, terkenal dengan filsafat instrumentalisnya, melihat etika dan ilmu. Teori praktek berfikir bertindak adalah satu kesatuan
b. Charles Horton cooly, trilogy bahasa, interaksi, dan pendidikan.
c. George Herber Mead, indifidu bukan budak masyarakat., karena indifidu yang bergerak aktif. (individu membentuk lingkungan).

Teori aliran sosiologi
• Teori fungsionalsme structural
• Neofungsionalisme
• konflik
1. Fungsionlisme structural adalah elemen didalam masyarakat memiliki peran bagi yang lain berdasarkan kegunaan dan kualitas yang berbeda.
2. Neofungsionalisme structural adalah merupakn kritik terhadap funsionalisme structural sejak tahun 60-80 an./ rangkaian kritik dari teori fungsional mencobah cakupan intelektual wujudnya adalah intelektual yang mencakup kultur (budaya).
Teori fungsional structural ada dua:
a. Teori stra tifikasi funsional stratifikasi uiniversal, keharusan fungsional. Kelas dalam masyarakat.
b. Kritik dari teori stratifikasi social hanya akan melanggengkan posisi-posisi istimewa orang-orang yang telah memiliki kekuasaan prestos dan uang.
3. Teori konflik dikembangkan adalah sebagai aksi dari teori fungsional structural, teori konflik setelah dikembangkan dari torinya george. Simel. Yang diambil dari teori maxia.
Sifat-sifat teeori interaksionisme simbolik
1. Manusia bertindak terhadap baenda berdasarkan “ARTI “ yang dimilikinya.
2. Asal muasal arti atas benda-benda tersebut yang muncul dari interaksi social yang dimiliki seseorang.
3. Makna yang demikian ini diperlakuakan melalui proses interpretasi yang digunakan oleh manusia.



Proses terbentuknya prilaku ada dua tahapan:
1. Pelaku mengindekasikan dirinya sendiri akan benda-benda terhadap mana dia akan beraksi.
2. Melalui perbaikan proses berkomonikasi engan diri sendiri, ini maka interpretasi akan menjadi sebuah masalah, yakni bagai mana kita memperlakukan “ Arti “ itu sendiri.

0ientsi Metodologis
1. Teknik eksplorasi, teknek dengan cara menggunakan membongkar seluruh “arti” dari makna benda bagi indifidu.
2. Inspeksi, pengamatan secara terus menerus terhadap objek.
Terbentuknya Masyarakat Menurut Teori Interaksionime Simbolik.
1. Manusia adalah objek dari dirinya sendiri pandangan mengenai “Diri sendiri” mengandaikan manusia kedalam sebuah bentuk ,ekanesme interaksi dengan dirinya sendiri untuk menghadapi dunia luar.
2. Tindakan manusia menghasilkan karakter yang berbeda sebagai hasil dari bentukan dari proses interaksi dan dirinya sendiri, untuk bertindak seorang indifidu harus mengetahui terlebih dahuluapa yang dia inginkan.
3. Dalam hal ini “ Mead” membagi interaksi social menjadi dua yaitu:
a. Interaksi non simbolik, bahwa manusia merespon secara langsung terhadap tindakan atau isyarat orang lain.
b. Interaksi simbolis, manusia berinteraksi masing-masing tindakan dan isyarat orang lain berdasarkan arti dari interpretasi yang dihasilkan.

Teori Coumte Dan Perubahan Budaya Dan Struktur Social
• Tahap theologies, fatisisme, politisme, monotisme.
a. Fatilisme: setiap benda memliki kekuatan khusus.
b. Politisme: percaya terhadap banyak dewa.
c. Monothisme: percaya terhadap satu tuhan.
Tahapan methapisik:., militeristik
Positipisthik:, eksploitasi alam , masyarakat industri.
Posposthipistik, humanisme.
Teori “kemajuan” coumte.
Teologis linier positiphistis. Pendukung teori coumte “pitirim sorokin” menjelaskan pemikiran organisme positiphistik. Memperhatikan analisis buidaya, norma, etika, untuk memahami kultur budaya. Namun dia menekankan saling berketergantungan antara pola-pola budaya sebagai suatu system interaksi dan kepribadian indifidu.
Budaya material dan non material
• Budaya material adalah peralihan dari masyarakat militeristik kepada industri. Begitu juga dengan kemajuan teknologi pelimpahannya materi hal ini dilihat sebagai manifestasi dari mentalitas idrawi “sorokin” sebagi sarana perwujudan mentalitas non materi. “ketinggalan budaya disebut dengan istilah lag untuk mengatasinya diberikan bentuk-bentukpengetahuan dan pandangan terhadap dunia.

Kamis, 12 November 2009

FENOMENA AGAMA SAAT INI
A. Pluarilisme Agama
Pluralisme adalah paham yang mengakui adanya pemikiran beragam agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kadang-kadang pluralisme juga diartikan sebagai paham yang menyatakan, bahwa kekuasaan Negara harus diserahkan kepada beberapa golonga.(kelompok), dan tidak boleh dimonopoli hanya loleh stu golongan. Merujuk pada definisi kedua Ini, Ernes Gillner menyebut masyarakat yang menjunjung tinggi hokum dan hak-hak indifidu sebagai masyartkat sipil (civil society). Gellner juga menyatakan baha civil society merupakan merupakan ide yang menggambarkan suatu masyarakat yang terdiri dari lembaga-lembaga otonom yang mampu menmgimbangi kekuasaan Negara.
Kemunculan ide pluralisme terutama pluralisme agama didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan truth claim yang dianggap sebagai pemicu mulculnya ekstrimitas, radikalisme agama, perang atas nama agama, konflik hoprizontal, serta penindasan antar umat beragama atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatas namakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya paling benar (lenyapnya truth claim). Adpun dilihat dari cara menghapus truth claim, kaum pluralis terbagi kedalam dua kelompok besar. Kelompok pertama berusaha menghapus identitas agama-agama, dan menyerukan terbentuknya agama universal yang mestui dianut seluruh umat manusia. Menurut mereka, cara yang paling tepat untuk menghapus truth claim adalah mencairkan agama-agama, dan mendirikan apa yang disebut dengan agamauniversal (global religion). Sedangkan kelompok yang kedua menggagas adanya kesatuan dalam transenden (unity of transenden). Dengan kata lain identitas agama-agama masih dipertahankan, namun semua agama harus dipandang m,emiliki aspek gnosis yang sama menurut kelompok yang kedua ini, semua agama pda dasarnya menyembah tuhan yang sama.
B. Pluralisma Agama Dan Koreksinya
Meskipun ide pluralisme baik yang beraliran agama global maupun kesatuan trnsenden ditujukan untuk meredam konflik akibat adanya keragaman agma, dan truth clsim, namun ide ini ujung-ujungnya malah menambah jumlah agama baru dengan truth claim yang baru pula. Wajr saja jika agama ini mendapat tantangan keras dari pemeluknya, terutama islam dan kaum muslimin. Oleh kerena itu pengusung pluralisma berusaha mencari teks-teks yang dapat memperkuat paham mereka,.mereka menganggap bahwa surat al- Hujurat: ayat 13. adalah salah satu bentuk kalau kaum muslimin mengakui adanya plurlisme. Surat al- Hujurat ayat 13.
Artinya: “ wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa bersuku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa disisi Allah.
C. Koreksinya
Pada dasarnya, ayat ini sama sekali tidak berhubungan dengan ide pluralisme agama yang diajarkan oleh kaum pluralis. Ayat ini hanya menjelaskan keberagaman (pluralitas) suku dan bangsa. Jadi islam tidak mengakui adanya pluralisme agama tapi islam hanya mengakui adanya keberaagaman dalam suku, bangsa agama, dan budaya.

1. Pertnyaan saya kepada anda semua pembaca:

Setujukah anda jika pluralisme dijadikan sebagai klaim bahwa umat islam mengakui adannya banyak agama Sedangkan dalam surat yang dijdikan landasan oleh mereka islam hanya mengakui adanya keragaman?.

MANUSIA MAHLUK SEMPURNA

MANUSIA SEBAGAI MAHLUK CIPTAAN ALLAH YANG PALING SEMPURNA

MANUSIA adalah makhluk ciptaan Allah terbaik dan paling sempurna kejadiannya berbanding makhluk lain yang menghuni alam ini. Dalam hal ini, Allah mengiktiraf kesempurnaan penciptaan manusia berdasarkan firman-Nya

Sesungguhnya Kami menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya (dan berkelengkapan sesuai dengan keadaannya). (QS. At-Tin.: 4).

Manusia diciptakan daripada beberapa elemen utama hingga mewujudkan identitinya sebagai manusia iaitu jasad, akal, roh, nafsu dan hati. Namun, daripada semua elemen menghiasi seseorang manusia itu, ada satu unsur paling penting dalam ajaran Islam yang diambil kira daripada keseluruhan amalan keagamaan adalah intinya, bukannya kulitnya, bentuk dalamannya bukannya bentuk luarannya dan hatinya bukannya jasadnya atau lisannya.

Oleh itu, Rasulullah bersabda bermaksud:

Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada jasad dan rupa bentuk kamu, tidak kepada keturunan dan harta kekayaan kamu, sebaliknya Allah memandang kepada hati kamu. Maka, sesiapa memiliki hati suci bersih, nescaya Allah amat mencintai orang tersebut. Ketahuilah! Wahai Anak Adam bahawa orang yang paling dicintai Allah ialah orang yang paling bertakwa di kalangan kamu. (Hadis riwayat Muslim dan Tabrani).

Hati manusia juga bertindak sebagai raja bagi keseluruhan anggota tubuh badan yang lain. Dengan kata lain, baik dan buruk, sejahtera atau sengsara, sihat atau sakit dan sebagainya amat bergantung kepada kedudukan hatinya. Sekiranya baik hati, maka baiklah seluruh anggota tubuh yang lain dan begitulah sebaliknya. Dalam hal ini, Rasulullah pernah bersabda bermaksud:

Sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging. Apabila dia baik, maka baiklah seluruh jasad. Tetapi, apabila dia rosak, maka rosaklah seluruh jasadnya. Ketahuilah bahawa dia itu ialah hati. (Hadis riwayat Bukhari dan Muslim)

Hati memainkan peranan penting dalam mencerminkan dan menentukan kemuliaan atau kehinaan peribadi serta jati diri seseorang sama ada sebagai seorang yang salih mahu pun sebagai seorang yang toleh. Malahan, hati juga dianggap agen penentu kepada hidup dan matinya jasad manusia. Tidak berfungsinya anggota tubuh badan manusia secara keseluruhannya adalah kerana terlucutnya roh yang bertapak dalam hatinya. Hatilah tempat bertapaknya iman, takwa, sifat mahmudah, niat dan dalam ketika yang lain, di sinilah juga terletaknya kekufuran, nifaq dan sifat mazmumah.

Yang paling menarik, dalam helaian al-Quran perkataan hati biasa disebut sebagai al-qalb yang membawa maksud sesuatu yang tidak tetap, berubah-ubah dan berdolak-dalik. Bertepatan dengan konotasi al-qalb, maka hati begitu mudah berubah-ubah dari satu keadaan ke satu keadaan yang lain. Di dalam hati ada dua unsur kekuatan yang sentiasa berlawanan antara satu sama lain iaitu antara iman dengan kufur, kebaikan dan keburukan, taat dan ingkar, hak dan batil dan sebagainya.

Apabila ditinjau dalam al-Quran, ada banyak rangkaian ayat membicarakan mengenai hal hati terutama hati yang bersih lagi suci daripada sebarang karat dosa dan maksiat. Hati yang bersih lagi suci itu ialah hati yang diterangi dengan cahaya Ilahi dan tidak terselit sedikit pun perasaan keraguan dan kesyirikan dalam hatinya. Seterusnya, hati yang bersih menyakini bahawa segala apa yang wujud di alam semesta ini dicipta Allah yang Maha Berkuasa, sekali gus bertindak sebagai pentadbir mutlak ke atas sekalian alam ini.

Hati yang bersih juga adalah hati yang terhindar daripada sebarang penyakit hati seperti dendam kesumat, dengki, fitnah dan lain-lain lagi sifat yang tercela. Hati yang bersih adalah dipenuhi dengan iman, hidayah petunjuk dan takwa. Di dalamnya, sarat dengan gelora kerinduan, kecintaan, ketaatan dan ketundukan yang kudus kepada Allah. Justeru, hati ialah tempat bertapaknya nilai kebaikan seperti khusyuk, tawaduk, sabar, tawakal, syukur, istiqamah, pemaaf dan lain-lain lagi sifat mahmudah.

Rasulullah amat menggalakkan umatnya memiliki hati yang bersih ini hingga dianggap sebagai seorang manusia terbaik. Dalam hal ini, Baginda pernah ditanya oleh seorang sahabat:

Siapakah manusia yang terbaik. Baginda menjawab: Orang mukmin yang bersih hatinya. Kemudian baginda ditanya lagi: Siapakah orang mukmin yang hatinya bersih? Lantas Nabi pun menjawab: Iaitu orang yang bertakwa, hatinya bersih, tidak melakukan kedurhakaan dan pergkhianatan terhadap Allah, tidak berdendam dan mendengki kepada orang lain. (Hadis riwayat Ibnu Majah)

Perlu ditegaskan Allah akan memberikan ganjaran kepada setiap hamba-Nya yang berniat melakukan sesuatu kebajikan, tetapi Allah tidak pula mencatatkan keburukan ataupun dosa kepada seorang yang hanya berniat di hatinya untuk melakukan kejahatan dan kejahatan tidak pula dilakukannya di dalam alam realiti. Demikianlah betapa Allah bersifat Maha Pengasih lagi Maha Penyayang terhadap hamba-Nya.

Selanjutnya, Allah hanya akan menilai apa diperbuat dan dilakukannya sebagai balasan dan bekalan pada hari kemudian kelak. Sehubungan itu, orang tidak akan menilai lagi apa terpendam dalam hati seseorang, sebaliknya apa dizahirkan dan dilahirkan melalui anggota tubuh badan seseorang adalah cerminan apa yang tersemat dalam hati itulah yang akan menjadi neraca penilaian. Oleh itu, amalan tidak beretika dan bermoral yang semakin berleluasa di dalam masyarakat kita itu adalah isyarat hati seseorang kotor, hati ketandusan nilai kerohanian yang luhur dan jauh daripada prinsip ajaran Islam yang sebenarnya.

Pernah berlaku peristiwa seperti diriwayatkan Sahl bin Sa’ad berkata: Ada seorang lelaki yang lalu melewati hadapan Rasulullah, lalu Baginda bertanya kepada sahabat yang duduk di sebelah Baginda: Apakah pendapatmu mengenai orang ini? Maka sahabat itu pun berkata: Dia adalah seorang lelaki daripada kalangan terhormat. Demi Allah! Orang ini sangat layak dinikahi jika dia datang melamar, diberi syafaat jika dia meminta syafaat. Rasulullah pun diam seketika. Kemudian, datang pula seorang lelaki melewati hadapan Baginda. Baginda kembali bertanya: Apakah pendapatmu mengenai orang ini pula? Lantas sahabat itu pun berkata: Wahai Rasulullah! Dia ini adalah daripada kalangan orang fakir miskin. Dia ini sememangnya layak ditolak jika datang melamar, tidak layak diberi syafaat jika dia meminta dan juga tidak layak diberi perhatian jika dia berbicara. Maka Rasulullah bersabda bermaksud: Orang ini (yang kedua) jauh lebih baik daripada orang yang pertama tadi.

Jelas kisah dipaparkan itu bahawa nilai dan taraf seseorang manusia bukannya diukur daripada kebesaran rupa lahiriahnya, bukannya daripada kekayaannya, bukan daripada kemuliaan nasab keturunannya, bukan dari ketrampilannya yang menarik dan bukan pula daripada kemasyhuran atau ketinggian pangkatnya. Sebaliknya, neraca piawaian yang sebenarnya di sisi Allah ialah sepohon iman yang bertapak kukuh di dasar hatinya, buah amal yang dihasilkan pepohon iman dibajai dengan keikhlasan, ketakwaan dan ketundukan yang penuh tulus ke hadrat Allah.[1]

Sungguh luar biasa peranan hati (qalbu) bagi manusia dalam kehidupannya. Baik buruknya suatu sifat dan tindakan seseorang sering dikaitkan dengan gambaran keadaan hatinya. Kehendak hati bahkan lebih besar pengaruhnya terhadap perbuatan seseorang jauh melampaui otak. Seseorang dapat saling mencinta pun saling membenci karena hati. Sifat baik ataupun buruk yang menemani perjalanan hidup seseorang pun tak luput dari peranan hati dalam dirinya.

Hati memang yang paling lazim digunakan untuk menggambarkan diri seseorang yang sebenar-benarnya. Sering kita mendengar kalimat-kalimat seperti “Itukan hanya luarnya saja, siapa yang tahu di dalam hatinya seperti apa” atau kalimat sejenis lainnya. Memang tak akan ada yang bisa mengetahui keadaan hati seseorang kecuali tentunya Allah dan dirinya sendiri.

Sayang tak selamanya hati terbebas dari beragam penyakit hati. Cahaya hati yang seharusnya bisa membuat seseorang melihat lebih jelas tentang hal yang baik dan buruk pun bisa meredup atau bahkan hilang sama sekali akibat penyakit-penyakit hati tersebut. Sifat iri, dengki, ataupun kesombongan hanyalah sebagian kecil dari penyakit hati yang sering kali melekat pada diri seseorang. Sebagian orang merasa wajar dan memaklumi hal tersebut, tak sepenuhnya salah karena memang manusia adalah makhluk yang lemah dan penuh dengan kekurangan.

Namun bukan hal yang mustahil jika seseorang mampu terbebas dari penyakit yang mampu meredupkan cahaya hatinya tersebut. Banyak cara untuk menjaga cahaya hati dari kepadamannya. Lalu kepada siapakah kita meminta pertolongan ketika cahaya hati mulai terasa padam??

Seorang guru pernah mengajukan pertanyaan ringan kepada murid-muridnya, sang guru bertanya “Apa yang akan kalian lakukan jika seandainya hendak mengunjungi rumah tetangga namun ada Anjing penjaga yang galak dan hobi menggigit ?”. Banyak jawaban yang muncul dari pertanyaan tersebut. Seseorang bisa saja tetap nekat masuk dengan resiko digigit, ataupun mengurungkan niatnya untuk mengunjungi tetangganya itu. Lalu bagaimana dengan jawaban sang guru? Beliau mengatakan bahwa cara terbaik adalah dengan meminta bantuan kepada si pemilik anjing tersebut. Seekor anjing penjaga seberapapun galaknya tetap akan menuruti perintah pemiliknya.[2]

Lalu adakah hubungan antara analogi anjing penjaga di atas dengan hati manusia? Jawabannya tentu saja ada. Pertanyaan yang harus kita renungkan sebelumnya adalah, kepada siapa kita meminta pertolongan ketika hati kita mulai kehilangan cahayanya? Tentu saja kepada Sang Pemilik Hati Manusia yang mampu membolak-balikan hati makhluk ciptaanNya. Allah yang mampu menerangi hati dari kekelamannya, memberikan cahaya untuk keluar dari kegelapan hati. Karena itu, jika cahaya hati dalam dirimu terasa mulai padam maka minta lah kepada Sang Pemilik Hati untuk menyalakan kembali cahaya hati tersebut.

“Allah (pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Permumpamaan cahaya-Nya, seperti sebuah lubang yang tidak tembus yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam tabung kaca, (dan) tabung kaca itu bagaikan bintang yang berkilauan, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang diberkahi, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di timur dan tidak pula di barat, yang minyaknya saja hampir-hampir menerangi, walaupun tidak di sentuh api. Cahaya di atas cahaya, Allah memberi petunjuk kepada cahaya-Nya bagi orang yang dia kehendaki, dan Allah membuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS.An-Nur: 35)

C. Syarat mufradhat.

Mitalah pendapat pada hatimu. yang dimaksud mintalah pendapat padda hatimu, disini dapat diphami bahwa segala apa yang akan kita lakukan adalah kehendak hati semata, maka apabila hati kita menginginkan melakukan kebaikan maka baik pula amal dan perbuatan kita dan apabila hati kita menghendaki keburukan maka buruk pula amal dan perbuatan kita.

Maka dari itu kita harus menjaga hati kita agar hati kita menuntun kita kejalan yang benar sebab hati ada dua macam yaitu hati yang sehat dan yang sakit.

  1. hati yang sehat.
  1. Selalu menekan pemiliknya, sehingga dia kembali kepada Allah.
  2. tak pernah membiarkan waktunya berlalu tanpa berdzikir kepada Allah.
  3. Apabila terlewatakan waktunya tanpa berdzikir, dia merasakan sakit mmelebihi sakitnya kehilangan harta .
  4. Dia lebih merasakan lezatna ibadah dari pada lezatnya makanan dan minuman.
  5. Apabila dia masuk kedalam sholat maka hilang segala kesedihan dan kebingungannya.
  6. Dia lebih pelit kepada waktunya berlalu untuk berlalu dengan sia-sia melebihi pelitnya orang yang bakhil kepada hartanya.
  7. Fokus perhatiannya hanya kepada Allah.
  8. Perhatian untuk memperbaiki amal lebih besar dari pada substansi amal itu sendiri.
  1. Tanda hati yang sakit
  1. Tidak merasa sedih karena dosa dan kesalahan.
  2. menikmati kemaksiatan dan merasa tenang setelah melakukannya.
  3. Mendahuluka yang tidak bermanfaat dari pada yang bermanfaat.
  4. Membenci kebenaran dan merasa sempit dengannya.
  5. Merasa terasing ketika bersama orang yang sholeh.

Dari tanda-tada tersebut jadi jelas kenapa rasulullah ketika ditanya tentang kebaikan, beliau menjawab mintalah pendapat pada hatimu. Itu karena hati yang selalu berkata dan berkehendak.[3]

Rasulullah saw. bersabda, “Berapa banyak orang yang mendirikan shalat, tetapi hasilnya hanya payah dan lelah.”

Ketahuiah bahwa shalat itu adalah dzikir, bacaan, berharap, bermunajat dan berdialog. Semua itu tidak akan terjadi kecuali dengan menghadirkan hati dimana hal itu dapat menghasilkan pemahaman, pengagungan, penghormatan, harapan dan rasa malu. Ringkasnya, semakin bertambahpengetahuan seseorang akan Allah SWT., maka akan bertambah pula rasa takutnya dan pada akhirnya dan pada akhirnya dapat menghadirkan hati.

Saat mendengar seruan adzan, hadirkan dalam hatimu seruan mengerikan pada hari kiamat, sehingga baik lahir maupun batinmu akan secara cepat meresponnya. Sesungguhnya, mereka yang segera menjawab seruan adzan adalah mereka yang pada hari penentuan terbesar dipanggil dengan lemah lembut.

Jika engkau mendapati hatimu dipenuhi dipenuhi dengan kegembiraan dan keceriaan untuk segera memenuhi panggilan adzan, maka kondisimu pada hari penentuan terbesar tersebut juga akan sama seperti itu. Rasulullah saw. bersabda, “Gembirakanlah kami dengan suara adzan, ya Bilal” sebab adzan adalah permata hati beliau dalam shalat.

Makna bersuci yang sebenarnya adalah suci hati dari selain Allah. Dengan kesucian hati, maka shalat akan sempurna. Jika engkau dapat menutup auratmu yang nampak dengan pakaian, maka apa yang dapat menutupi aurat batinmu dari Allah SWT.?

Beretikalah saat berada di hadapan Allah. Ketahuilah bahwa Ia mengetahui segala rahasiamu. Berendah dirilah engkau dengan batin maupun zahirmu. Bandingkan perilakumu saat berada di hadapan Allah SWT. dengan perilakumu saat berada di hadapan raja. Sungguh kemuliaan raja tidak ada apa-apanya dibanding kemuliaan Allah, karena mereka semua adalah makhluk-Nya. Jika engkau telah dapat melakukan ini, maka engkau tidak akan menjadi pendusta saat mengatakan, “Wajjahtu wajhiya (aku hadapkan wajahku)” dan saat mengucapkan, “Hanifan musliman wa ma ana minal musyrikin (dalam kondisi hati yang lurus dan sebagai seorang muslim. Dan aku tidak termasuk golongan orang-orang musyrik).” Juga saat mengucapkan, “Inna shalati wanusuki wamahyaya wamamati lillah (sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah).” Perhatikanlah, jangan sampai bacaanmu ini engkau dustakan karena dapat menjadi penyebab kehancuranmu.

Ingatlah selalu kebesaran dan keagungan Allah SWT. saat engkau ruku’ dan sujud. Pahamilah itu dan ketahuilah betapa kecilnya dirimu dihadapan-Nya. Dengan rahmat-Nya, Ia menjadikanmu sebagai manusia yang layak untuk bermunajat kepada-Nya. Maka, jagalah etika dan kehadiran hatimu saat berada dihadapan-Nya.[4]

Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Allah akan terus memperhatikan (menyambut) orang yang shalat selama ia tidak berpaling.” Di lain hadits beliau bersabda, “Seorang hamba yang mendirikan shalat, pahalanya tidak dicatat baginya; baik setengah, sepertiga, seperempat, seperlima, seperenam, maupun sepersepuluh. Pahala yang dicatat baginya adalah sebatas apa yang dipahaminya.” Oleh karena itu, jaga diri dan hatimu agar tidak berpaling.[5]

Mewaspadai bisikan nafsu merupakan hal yang penting. Hal ini merupakan salah satu cara untuk membersihkan jiwa dari keburukan-keburukan. Namun mewaspadainya tanpa mewaspadai bisikan yang lain adalah merupakan jalan yang timpang. Sebagian kaum sufi berada pada jalan yang timpang ini. Mereka begitu memperhatikan aib jiwa dan keburukan nafsu, namun lupa memperhatikan bisikan yang lain. Bisikan yang lain itu adalah godaan setan.

Ternyata masalah setan lebih banyak disebut dalam Al-Quran dan Al-Hadits daripada masalah nafsu.Dalam Al-Quran, nafsu madzmumah (yang buruk dan jahat) disebutkan dalam surah Yusuf ayat 53 dan surat An-Nazi’at ayat 40. Adapun nafsu lawwamah (yang suka mencela) disebut dalam surat Al-Qiyamah ayat 2. Sedangkan masalah setan lebih banyak disebutkan. Hal ini disebabkan kejahatan dan rusaknya nafsu sebenarnya dikarenakan godaan setan.Sehingga, godaan setan itulah yang menjadi poros dan sumber kejahatan.

Allah memerintahkan hamba-Nya agar berlindung dari setan saat membaca Al-Quran dan lainnya. Sebaliknya, Allah tidak memerintahkan, meski dalam satu ayat, agar kita berlindung dari nafsu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menghimpun permohonan perlindungan dari nafsu dan setan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, “Bahwasanya Abu Bakar Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu berkata, ‘Wahai Rasulullah! Ajarilah aku sesuatu yang harus kukatakan jika aku berada pada pagi dan petang hari.’ Beliau menjawab, ‘Katakanlah, Ya Allah yang Maha Mengetahui yang gaib dan nyata, pencipta segenap langit dan bumi, Tuhan dan pemilik sesuatu, aku bersaksi bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Engkau, aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan nafsuku dan dari kejatahan setan beserta sekutunya, dan dari melakukan kejahatan terhadap nafsuku atau aku melakukannya terhadap seorang muslim.’…” (Riwayat At-Tirmidzi, Abu Daud, dan Ad-Darimi)

Memohon perlindungan kepada Allah atau isti’adzah mempunyai makna meminta penjagaan-Nya serta bersandar dan mempercayakan kepada-Nya.

D. Sana hadist

Setelah hadist sahih adalah hadist hasan, yaitu: Adalah hadis yang bersambung sanadnya kepada imam yang maksum dengan perawi dari kelompok imamiyah yang terpuji dengan pujian yang diterima dan diakui, tidak mengarah pada kecaman dari selain nash atas keadilannya serta sesuai dalam semua tingkat perwi sanadnya, atau sebagainya.

Dri difenisi tersebut mengisyaratkan hadist hasan sebagai berikut:

    1. Bertemu sanadna kepada imam yang maksum tanpa terputus.
    2. Semua perawinya dari kelompok imamiyah.
    3. Semua perawinya terpuji dengan pujian yang diterima dan diakui tanpa mengarah pada kecaman.
    4. tidak ada keterangan tentang adilnya perawi.
    5. Semua itu harus sesuai dengan semua tingkatan pperawi sanadnya, atau sebaginya.

E. Kesimpulan

Semoga apa yang telah diterangkan pada makalah ini kita semakin baik dalam menjaga hati kita, dan sebaliknya kita dapat mengendalikan nafsu kita yang akan selalu akan membawa kita kedalam neraka. atas selesainya makalah ini kami ucapkan terima kasi kepad bapak dosen yang telah sudih mengoreksi makalah kami yang begitu jauh dari sempurna, semoga pada makalah-makalah yang selanjutnya akan lebih baik.

Daftar Pustaka

Sulaiman al- Umar Nasyir,. tafsir surat AL-Hujurat. jakarta timur: pustaka alutsar, 2001.

Melumpuhkan Senjata Syetan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Falah



[3] Nasyir suliman al-umar. tafsir surat AL-Hujurat. (jakrta timur: pustaka alutsar, 2001). 213.

[4] Melumpuhkan Senjata Syetan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Darul Falah

Agama Yahudi, Kristen, dan Islam

Agama Yahudi, Kristen, dan Islam

Larangan Membuat Patung

Dalam 10 Perintah Tuhan di Exodus 20:4-5 Allah melarang manusia membuat patung apa pun:20:4 Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawahbumi.5 Jangan sujud menyembahkepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapak kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku [Exodus20:4-5]

Patung Yesus

Namun saat ini ummat Kristen membuat banyak patung Yesus dan Bunda Maria yang ditaruh diberbagai tempat terutama di Gereja. Dalam Islam dilarang membuat patung apalagi menaruhnya di tempat ibadah.

Aisyah r.a. berkata, Ketika Nabi sakit, ada sebagian diantara istri beliau menyebut-nyebut perihal gereja yang pernah mereka lihat di negeri Habasyah yang diberi nama gereja Mariyah. Ummu Salamah dan Ummu mereka menceritakan keindahannya dan beberapa patung pada hari kiamat [HR Bukhari].

Rabu, 04 November 2009

fenomena agama saat ini

FENOMENA AGAMA SAAT INI
A. Pluarilisme Agama
Pluralisme adalah paham yang mengakui adanya pemikiran beragam agama, kebudayaan, peradaban dan lain-lain. Kadang-kadang pluralisme juga diartikan sebagai paham yang menyatakan, bahwa kekuasaan Negara harus diserahkan kepada beberapa golonga.(kelompok), dan tidak boleh dimonopoli hanya loleh stu golongan. Merujuk pada definisi kedua Ini, Ernes Gillner menyebut masyarakat yang menjunjung tinggi hokum dan hak-hak indifidu sebagai masyartkat sipil (civil society). Gellner juga menyatakan baha civil society merupakan merupakan ide yang menggambarkan suatu masyarakat yang terdiri dari lembaga-lembaga otonom yang mampu menmgimbangi kekuasaan Negara.
Kemunculan ide pluralisme terutama pluralisme agama didasarkan pada sebuah keinginan untuk melenyapkan truth claim yang dianggap sebagai pemicu mulculnya ekstrimitas, radikalisme agama, perang atas nama agama, konflik hoprizontal, serta penindasan antar umat beragama atas nama agama. Menurut kaum pluralis, konflik dan kekerasan dengan mengatas namakan agama baru sirna jika masing-masing agama tidak lagi menganggap agamanya paling benar (lenyapnya truth claim). Adpun dilihat dari cara menghapus truth claim, kaum pluralis terbagi kedalam dua kelompok besar. Kelompok pertama berusaha menghapus identitas agama-agama, dan menyerukan terbentuknya agama universal yang mestui dianut seluruh umat manusia. Menurut mereka, cara yang paling tepat untuk menghapus truth claim adalah mencairkan agama-agama, dan mendirikan apa yang disebut dengan agamauniversal (global religion). Sedangkan kelompok yang kedua menggagas adanya kesatuan dalam transenden (unity of transenden). Dengan kata lain identitas agama-agama masih dipertahankan, namun semua agama harus dipandang m,emiliki aspek gnosis yang sama menurut kelompok yang kedua ini, semua agama pda dasarnya menyembah tuhan yang sama.
B. Pluralisma Agama Dan Koreksinya
Meskipun ide pluralisme baik yang beraliran agama global maupun kesatuan trnsenden ditujukan untuk meredam konflik akibat adanya keragaman agma, dan truth clsim, namun ide ini ujung-ujungnya malah menambah jumlah agama baru dengan truth claim yang baru pula. Wajr saja jika agama ini mendapat tantangan keras dari pemeluknya, terutama islam dan kaum muslimin. Oleh kerena itu pengusung pluralisma berusaha mencari teks-teks yang dapat memperkuat paham mereka,.mereka menganggap bahwa surat al- Hujurat: ayat 13. adalah salah satu bentuk kalau kaum muslimin mengakui adanya plurlisme. Surat al- Hujurat ayat 13.
Artinya: “ wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa bersuku agar saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling bertaqwa disisi Allah.
C. Koreksinya
Pada dasarnya, ayat ini sama sekali tidak berhubungan dengan ide pluralisme agama yang diajarkan oleh kaum pluralis. Ayat ini hanya menjelaskan keberagaman (pluralitas) suku dan bangsa. Jadi islam tidak mengakui adanya pluralisme agama tapi islam hanya mengakui adanya keberaagaman dalam suku, bangsa agama, dan budaya.

1. Pertnyaan saya kepada anda semua pembaca:

Setujukah anda jika pluralisme dijadikan sebagai klaim bahwa umat islam mengakui adannya banyak agama Sedangkan dalam surat yang dijdikan landasan oleh mereka islam hanya mengakui adanya keragaman?.