Jumat, 22 Januari 2010

MAKALAH HADIST TEMATIS
USAHA PEMANFATAN WAKTU

Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Akhir Mata Kuliah
HADITS TEMATIS


Dosen Pembimbing :

MOH. AKIB, M.Ag




disusun oleh:
M. AMRILLAH

933100708




jurusan usuluddin prodi perbandingan agama
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI STAIN KEDIRI
2010
A. Latar Belakang.
Menejemen waktu merupakan perencanaan, pengorganisasian, pengerakan, dan pengawasan produktivitas waktu. Waktu menjadi salah satu sumber daya untuk kerja. Sumber daya yang mesti diolah secara efektif dan efisien. Efektivitas terlihat dari tercapainya tujuan menggunakan waktu yang telah ditetapkan sebelumnmya. Dan efisien tidak lain mengandung dua makna, yaitu: makna pengurangan waktu yang ditentukan, dan makna investasi waktu menggunakan waktu yang ada. Menejemen waktu bertujuan kepada produktifitas yang berarti rasio output dengan input tampak dan dirasakn seperti membuang-buang waktu dengan mengikuti fungsi menejemen dalam mengelolah waktu. Merencanakan terlebih dahulu penggunaan waktu bukanlah suatu pemborosan melainkan memberikan pedoman dan arah bahkan pengawasan terhadap waktu.
Dari tinjauan secara komprehensif pekerjaan yang hendak dikerjaan dan rumusan tertulis sebuah rencana dapat diketahui prioritas hubungan antara aktifitas yang akan dikerjakan sendiri serta didelegasikan. Jebakan yang sering muncul disni adalah rasa percaya diri dapat cepat bila dikerjakan sendiri dimana itu perasaan kurang tepat. Setelah pengorganisasian terhjadi maka penggerakan pun dilakukan yang mencakup pelaksanaan sendiri dan memberikan motifvasi kepada pemegang delegasi. Satu hal yang penting ialah komitmen kuat untuk konsisten pada rencana dan mengeliminasi gangguan-gangguan termasuk permintaan bantuaan dari atasan maupun bawahan dengan cara berani dengan mengatakan tidak.
Akhirnya setelah selesai tuntas pekerjaan dilakaukan pengawasan berdasarkan rencana, yang tidak lupa memberikan reward terhadap keberhasilan. Dalam situasi waktu sesuai rencana belum habis sedangkan pekerjaan telah tuntas, seyogyanya dipergunakan untuk menambah kuantitas, merencanakan pekerjaan sebelumnya dan atau investasi waktu. Pendek kata kualitas menejemen waktu berpedoman kepada empat indikator, yaitu: tetap merencanakan, tetap mengorganisakan, tetap menggerakkan, dan tetap melakukan pengawsan. Empat prinsip tersebut, applikabel dalam semua pekerjaan. Fariasi terjadi dalam kerumitan dan kecepatan setiap tahap dilakukan. Perencanaan jangkah panjang jelas lebih rumit dan relative lama dari perencanaan jangka pendek, bahkan karena begitu pendeknya dimungkinkan perencanaan begitu singkat yang berlangsung dalam hitungan detik.

B. Waktu Dalam Hadist dan Al-Qur'an
tentang menejemen waktu dalam islam seperti diterangkan dalam hadist dibawah ini:

عن أبى عمر رضى الله عنهما قال أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبي فقال كن فى الدنيا كانك غريب أو عابر سبيل وكان إبن عمر رضي الله عنهما يقول اذا أمسيت فلا تنتظ الصباح وإذا اصبحت فلا تنتظر المساء وخذ من صحتك لمرضك ومن حيتك لموتك (رواه ابخارى(
Artinya: "dari Ibnu Umar r.a berkata: Rasulullah SAW memegang pundak kedua pundak saya seraya bersabda: jadilah engkau di dunia seakan-akan orang asingatau pengembara", Ibnu Umar berkata: jika kamu berada disore hari jangan tunggu pagi hari dan jika kamu berada di pagi hariu jangan tunggu sore hari, gunakanlah kesehatanmu untuk (persiapan saat ) sakitmu dan kehidupanmu untuk kematianmu" (riwayat Bukhori).
Dan diperkuat oleh banyak ayat, Allah bersumpah dengan waktu, seperti dalam waktu, seperti dalam firma-Nya:
واعصر إن الإنسان

Artinya: "Demi masa. Sesunggunya manusia itu benar-benar dalam kerugian." (QS.al-Ashr: 12).
والضحى والليل إذا سجى

Artinya: "Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)" (QS ad-duha: 1-2).
Ayat-ayat diatas menunjukkan betapa pentingnya waktu dalam kehidupan manusia ini, karena Allah tidak bersumpah terhadap sesuatu dalam Al-Qur'an kecuali untuk menunjukkan kelebihan yang dimilikinya.

Bahkan dalam ayat lain, Allah menegaskan bahwa dengan menggunakan dengan waktu tersebut seorang hambah bisa mengambil pelajaran dan bersuykur.
Tadzakkur berarti mengingat Allah, mengingat nikmat-nikmat Allah yang diberi kepada kita , mengingat bahwa seorang muslim dalam kehidupaanya ini mempunyai tujuan yaitu beribada kepada Allah SWT dan memakmurkan dunia ini dengan nilai-nilai yang diletakkan oleh Allah SWT, mengingat bahwa kematian adalah sesuatu yang benar- benar akan terjadi pada diri setiap manusia, sehingga dia harus mempersiapkan segalahnya untuk menyambutnya. Dengan demikian tadzakkur berati juga kesempatan untuk mengembangkan diri didalam kehidupan ini untuk menjadi orang yang bermanfaat bagi manusia, Negara, bangsa dan umat, serta diakhirat nanti menjadi pendamping para Nabi, syuhada', Al-Syiddikun, serta Al-Sholihun disurga.
Syukur berarti mensyukuri nikmat Allah yang diberikan kepada kita mensyukuri kesempatan yang di berikan Allah kapada kita, mensyukuri potensi yang diletakkan Allah dalam diri kita, untuk kemudian kita gali, kita kembangkan dan kita aktualisasikan untuk kepentingan masyarakat dan umat. Bahkan Allah telah manyatakan bahwa ulul-albab adalah orang-orang yang mampu memenfaatkan waktunya untuk ketaatan. Allah berfirman:

إن فى خلق السموات والأرض واختلف الليل والنهار لأيات لأولى الألباب
Artinya: "sesunggunya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siag terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal" (QS: ali imron: 190)
Ayat diatas menunjukkan bahwa ulul-albab (para cendekiawan) bukanlah orang yang mampu menghafal kata-kata maupun susunan huruf yang ditulis dalam buku atau mampu menjawab soal-soal ujian disuatu sekolah, akan tetapi ulul-albab adalah orang yang mampu melihat kejadian yang ada disekitarnya dan memanfaatkan waktu yang ada, selanjutnya diramu menjadi bekal didalam kehidupan ini, untuk kemudian diteruskan dengan mengerjakan hal-hal yang bermanfaat bagi kepentingan manusia. Karena kepentingannya waktu yang ada, sehingga Allah akan meminta pertanggungjawaban dari setiap manusia untuk apa saja waktu yang diberikan Allah selama hidup ini. Dalam suatu hadist disebutkan:

لن تزول قدما عبد يوم القيمة حتى يسأل عن أربع: عن عمره فيما أفناه , وعن شبابه فيما أبلاه ,وعن علمه ماذا عمل به, وعن ماله من أن أخذه وفيما أنقه

Artinya: "tidak tergerlincir dua kaki seorang hambah pada hari kiamat sehingga Allah menenyakan empat hal:
• umurnya, untuk apa selam hidupnya dihabiskan.
• waktu mudanya,digunakan untuk apa saja.
• hartanya, dari mana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya.
• ilmunya, apakah diamalkan atau tidak" (hadist hasan, HR.Tirmidzi).
kalau kita perhatikan hadist diatas, kita dapatkan bahwa empat unsur kekuatan yang ada dalam diri manusia, jika ia mau memenfaatkannya dengan sebaik-baiknya, niscaya akan berhasil di dunia dan akhirat. (kesempatan, kesehatan, harta,dan ilmu).

C. syarah mufrodat

بمنكبي kedua pundak saya :
غريب : asing
عابر سبيل pengembara :
الصباح pagi :
المساء sore :
D. pesan moral dari hadist

Pesan moral dari hadist diatas diantaranya:
• isi waktu kosong dengan kegiatan yang bermanfaat.
• menggunakan satu waktu untuk banyak kegiatan.
• memilih waktu-waktu yang mempunyai keutamaan.
• membagi waktunya dalam berbagai kegiatan.
• ambillah waktu istirahat untuk mengumpulkan tenaga.
• mengerjakan pekerjaan pada waktunya.
• memilih amalan dan kegiatan yang bermanfaat bagi orang banyak.



DAFTAR PUSTAKA
DR. aid Qarny, Hadaiq Dzata Bahja, Jakarta; Pena: 2001
Majalah Al-Manar edisi: 375
Abdul Fatah Abu Guddah, Qimat Al-Zaman inda Al-Ulama', Al-Maghfira, Kairo: 1999
DR. Nashir Sulain Al-Umary, Al-Futur, Asbabuhu Wa Ilajuhu, Kairo: Maktabah Salsabila
Dzail Tabaqat Al-Lanabilah, juz II
Ahmad Zain An-najah, Al-Qur'an dan kehidupan, tafsir baqarah ayat 31.
Ahmad Zain An-Najah, 15 langkah efektif untuk menghafal Al-Qur'an
Al-Sunnah; Banda Aceh, 2002.
Mahmud Misri, Al-Waqtu huwa Al-Hayat Kairo, Muassah Qurtubah 2003

AMAR MAKRUF NAHI MUNGKAR




Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas hadist Tematis

Dosen Pengampu : M. Akib, M.Ag























M. WAFAUL MUHIBBIN
NIM : 9331 005 08







PROGRAM STUDI PERBANDINGAN AGAMA
JURUSAN USHULUDDIN
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI KEDIRI
2009


A. Dan Terjemah
عن أبي سعيد الخد ري رضي الله عنه قال :
سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : من رأى منيكم منكرا فليغيره, فإن لم يستطع فبلسانه, فإن لم يستطع فبقلبه, وذلك اضعف الا يمان (رواه مسلم)
Artinya : dari Abu Said al Khudri radiallahuanhu berkata : Saya mendengar Rosulullah SAW. Bersabda : Siapa yang melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu maka rubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu maka (tolaklah) dengan hatinya dan hal tersebut adalah selemah-lemahnya iman. (Hadist riwayat Muslim)

A. Latar Belakang
Dinamika kehidupan dunia yang berglobalisasi tanpa adanya satu kontrol dan saringan yang mumpuni akhir-akhir ini sangat mewabah di lingkungan kita, dimana agama yang sebelumnya menjadi landasan kontrol moral dan akhlak manusia kini hanya seperti pekerjaan sambilan yang tidak terkesan penting. Hal itu sebetulnya sangat ironis karena dengan uamt Islam menafikkan agama tentunya moral dan akhlakul karimah yang dimilikinya akan lenyap, dan ujung dari semua perbuatan itu adalah perbuatan amoral. Perbuatan mungkar telah menjadi trendsenter terutama di kalangan muda Islam.
Untuk itu melaksanakan amar ma’ruf dan nahi mungkar termasuk kewajiban yang harus dilaksanakan setiap muslim untuk menyelematkan masyarakat muslim dari berbagai bencana, penyakit dan kemaksiatan yang akan menghancurkan umat Islam dan akan membunuh sendi-sendinya serta pada puncaknya akan melenyapkan Islam dan pemeluknya.
Amar ma’ruf dan nahi mungkar merupakan salah satu ciri yang hanya dijumpai pada kaum muslimin, tidak ada pada umat-umat lain bahkan keistimewan umat Islam justru dicirikan dengan adanya sifat amar ma’ruf nahi mungkar. Banyak ayat yang menyebutkan tentang amar ma’ruf nahi mungkar dan menggandengkannya dengan sifat kaum muslimin seperti dalam Q.S Ali Imran ayat 110 …. yang artinya : kami adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar dan beriman kepada Allah.

B. Syarat Mufrodat
سمعت = mendengar
منكرا = mungkar
فليغيره = maka rubahlah
بيده = dengan tangannya
يستطع = mampu
فبلسانه = dengan lisannya
فبقلبه = dengan hatinya
اضعف = lemah

C. Penjelasan dari Hadist
Menurut Qodli Ujad hadits ini terkait dengan sifat-sifat seseorang tatkala mengubah kemungkaran. Orang yang hendak mengubah kemungkaran berhak mengubahnya dengan berbagai cara yang dapat melenyapkan dari kemungkaran tersebut, baik melalui perkataan maupun perbuatan (tangan). Jika seseorang memiliki dugaan kuat (yakni jika diubah dengan tangan akan muncul kemungkaran yang lebih besar lagi, seperti menyebabkan resiko akan dibunuh dan lain sebagainya atau orang lain bakal terbunuh karena perbuatannya), cukuplah kemungkaran itu diubah dengan lisannya, seperti diberi nasehat dan peringatan. Jika ia merasa khawatir bahwa ucapannya itu bisa berakibat pada resiko yang sama maka cukuplah kemungkaran tersebut diingkari dengan hati. Itulah maksud dari hadits tersebut. (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, jilid 11/25)
Berdasarkan hal ini, seseorang yang mampu mengubah kemungkaran, yang dimaksud dengan mengubah kemungkaran melalui hati adalah menasehati pelaku kemungkaran, kemudian (jika hal itu dilakukan, atau tidak mampu dilakukan karena adanya resiko kemungkaran yang lebih besar) memutuskan hubungannya dengan kemungkaran dan pelakunya melalui tindakan, tidak duduk bersama-sama pelaku yang tengah melakukan kezaliman atau tindakan mungkar seperti tidak minum-minum (khomr) bersama-sama, tidak makan-makan (makanan yang haram) secara bersama-sama dengan pelaku tidak melayani atau memfasilitasi dan mendorong mereka melakukan kemungkaran dan sebagainya.
Dari paparan tersebut tampak bahwa pihak yang paling bertanggung jawab dalam melakukan amar ma’ruf nahi mungkar dan mampu mengubah kemungkaran dengan tangan (kekuatan atau kekuasaan) adalah pemerintah atau negara. Negara memiliki seluruh pranata yang memungkinkannya bisa menjalankan amar ma’ruf nahi mungkar dan melenyapkan kemungkaran dengan tangan (kekuatan)-Nya seketika.
Masalahnya, di tengah-tengah kaum muslimin saat ini pemerintah atau negara telah berubah menjadi dar al-kufr, syariat Islam diganti dengan hukum thaghuf, sekulerisme dijadikan dasar negara, kedaulatan bukan di tangan Allah SWT., melainkan manusia (yaitu rakyat), kekufuran merajalela di seluruh lapisan, dari dasar hingga ke cabang-cabang, ideologi kufur (seperti komunisme, kapitalisme, demokrasi dan semacamnya) merajalela dan menjadi panutan kaum muslim, bahkan dibela mati-matian artinya negara telah menjadi pelaku atau pemelihara kemungkaran itu sendiri. Lalu apa yang harus kita lakukan ?
Jawabannya, bahwa kaum muslimin saat ini harus terlibat dalam proses taghyir al-munkar secara global dan inqilabi (revolusioner). Caranya adalah dengan mengembalikan lagi sistem hukum Islam melalui eksistensi negara yang mendasarkan diri, menjaga dan melaksanakan akidah dan syari’at Islam yaitu melalui negara khilafah yang merujuk pada manhaj Nabi SAW., tentu saja semua itu melalui tahapan atau metode yang dilandasi oleh perjalanan Rosulullah SAW. dalam membangun negara madinah, bukan metode lain.
Jika di tengah-tengah kaum muslimin tidak tersirat untuk mengubahnya, bahkan dengan hati sekalipun (membiarkan dan tidak peduli dengan kondisi kaum muslimin saat ini yang didominasi oleh kekufuran), berarti iman dalam hatinya telah sirna dan kemungkaran akan menyelimuti seluruh umat manusia. Pada akhirnya pintu azab Allah yang sangat pedih akan terbuka. Rosulullah SAW. bersabda :
والذي بيده لتأمرن با لمعروف ولتنهون عن المنكر اوليو شكن الله ان يبعث عليكم عقا با منه ثم تد عونه فلا يستجاب لكم
Artinya : demi jiwaku yang ada dalam genggamannya, kalian
memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran atau Allah akan menimpakan azab atas kalian, kemudian kalian berdo’a kepada-Nya, lalu do’a kalian tidak akan dikabulkan (Hr. At-Tirmidzi)

D. Pesan Moral dari Hadits
1. menentang pelaku kebatilan dan menolak kemungkaran adalah kewajiban yang dituntut dalam ajaran Islam atas setiap muslim sesuai kekuatan dan kemampuannya
2. ridho terhadap kemaksiatan termasuk di antaranya dosa besar
3. sabar menanggung kesulitan dan amar ma’ruf nahi mungkar
4. amal merupakan buah dari iman, maka menyingkirkan kemungkaran juga merupakan buahnya keimanan
5. mengingkari dengan hati diwajibkan kepada setiap muslim, sedangkan pengingkaran dengan tangan dan lisan berdasarkan kemampuannya

E. Gambaran Umum
Secara umum hadits tersebut menggambarkan tata cara dalam mencegah suatu bentuk kemungkaran, baik melalui tangan, lisan maupun hatinya dan apabila hal tersebut telah dilakukan tetapi kemungkaran itu masih dilaksanakan berarti orang yang melakukan kemungkaran itu mempunyai iman yang sangat lemah.

F. Amar Ma’rif Nahi Mungkar
Dari wikipedia bahasa Melayu, ensiklopedia bebas.

Amar ma’ruf nahi mungkar berasal daripada peristilahan Arab yang bermaksud mendekati perkara-perkara yang baik dan menjauhkan perkara-perkara yang tidak baik.
Dalam Al Qur’an dijumpi lafadz “amar ma’ruf nahi mungkar” beberapa kali seperti dalam surah Ali Imron ayat 109 : “dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan (mengembangkan Islam) dan menyuruh segala perbuatan baik, serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji) dan mereka yang bersifat demikian ialah orang-orang yang berjaya.
Secara prinsipnya pengamal agama Islam dituntut untuk menyampaikan kebenaran dan melarang perkara-perkara yang tidak baik.














DAFTAR PUSTAKA



http://ms.wikipedia.org/wiki/Amar ma%27ruf nahi munkar, diakses tgl 10-10-09

http://konsultasi.wordpress.com/2007/01/13, amar-makruf nahi mungkar, diakses tgl 10-10-09

http://penjelasan hadist arbain, (http://trimudilah.wordpres.com, diakses tgl 10-10-09

Tidak ada komentar:

Posting Komentar